Siswa Baru


Sore yang masih sperti biasanya di lapangan Nirannuang ini, segala kelompok umur dibuka dengan latihan membawa bola. Karena hari ini hari minggu, Nampak semua terasa segar tak terkecuali suasana di lapangan. Ada beberapa siswa baru yang masuk, tapi yang menyita perhatian ada satu orng anak. usianya kira-kira 12 tahun, kulit sawo matang . Sukri namanya cukup unik dan lincah. Keterampilan otodidaknya adalah juggling dan beberapa trik-trik ampuh, cerdik.
Hari itu ia memakai kaos bola bercover team Barcelona tulisan belakangnya adalah David Villa salah satu penyerang andalan klub ini. Dilihat dari seragamnya sepertinya sangat mengidolakan pemain-pemain Barcelona. Menurut aturan sekolah, siswa yang pertama bergabung, harus mengikuti kelas dasar terlebih dahulu.
Sukri ato David Villa kecil begitu namaya sering di sebut di lapangan, tak membutuhkan cukup lama waktu, untuk beradaptasi dengan teman-temannya yang sudah lama. Anaknya pendiam tapi ia punya modal untuk membuat teman-temannya bangga berkawan dengannya. Seperti permainan team idolanya , ia mengandalkan tik tak, sentuhan pendek antara satu dua pemain. Ia sangat lincah menerapkan.
Ia sering pergi ke sawah bermain dan membantu org disana. Makanya meski terlihat kecil , tapi sangat lincah dan kuat. Sebenarnya salah satu potensi orang Indonesia yang tak dilihat sisi positipnya. Sawah adalah kehidupan .Disanalah berbagai insting alamiah dapat terasah bagi orang dilingkup agraris. Bagaimana ia lihai menghindari lobang-lobang tanah kering kala berlari di tengah sawah.
Dari gaya lari membawa dan passing bola mengingatkan dengan Andres Iniesta, karakter bemainnya lebih mirip dengan Iniesta. Bakat besar dari orang kecil di bangsa kita. Jika saya memperkirakan tinggi badan ini kala berusia dewasa kurang lebih 169 cm. Tinggi badan inilah yang rata-rata dipakai oleh pemain barca menghadapi lawannya.

Berdua di Hari Lepas Hujan membuai
Sudah dua hari musim hujan tiba-tiba saja hadir di negeri raja lakidende, tidak terkecuali di siang itu. Saya dan banrego saling diam sambil sibuk memainkan mouse komputer, sesekali hanya bercanda. Waktu telah berada di pukul 2 siang, 30 menit lagi kami kan berangkat kelapangan Nirannuang. Di luar wajah awan makin hitam saja karena dihembus angin yang membawa hujan. Ussss suara angin tiba-tiba membuat dingin dan mata serasa berat, kami pun tertidur dengan Hp dan buku cerpen didada, tak lupa sarung yang melilit di badan banrego. Saya tersadar dan bangun ketika jam menunjuk tanda jam 3:30, kurang lebih satu jam saya terlelap dan banrego pun masih lengket dengan sarungnya. Kali ini kami absen di lapangan, perasaan sama dan sederajat jika tak pergi shalat jumat, uihh tidak enak ces.
Seharian atap rumah mengeluarkan bunyi hujan yang membuai dan membuat beku. Malampun segera tiba sehabis hujan berlalu, sebentar lagi Banrego sekeluarga berkunjung ke kelurahan tetangga mengunjungi rumah Tante yang mengadakan pesta pernikahan Anaknya. Saya pun memutuskan untuk keluar, tak mau aku sendirilah dimalam dingin ini. Pergi jua aku Ke Unaha tempat kediaman Andi Pangerang sekeluarga, tapi waduh si abang tak ada di tempat, hp nya juga tak bersinyal. Saya balik lagi ke Lalosabila kelurahan tempat rumah tinggal banrego dan segera menghubungi Adon yang tak kunjung ia balas pemberitahuan posisinya via sms. Di depan warung pinggir jalan poros nongkrong sambil mnunggu Adon dengan balasan sms posisinya. Tak lama berselang dan dingin makin menembus jaket kotak abu yang saya kenakan, Adon memanggil dari toko Amali, letaknya tepat berhadapan dengan tempat warung nongkrong saya.
Jam telah di angka 8 malam, 2 jam lagi Banrego tiba dari pesta. Jalan di depan toko Amali becek, hampir tak ada sudut untuk pejalan kaki menyeberang dengan nyamannya. Adon lagi di depan komputer dan sebentar lagi toko tutup untuk aktifitas hari ini. Sukri kan mengantar salah seorang keluarga ke pesta yang sama dengan yang didatangi Banrego. Tak ada koran atau majalah yang mengisi bahan bicara malam itu, hanya Fadli yang datang berjaket Timnas italia dan kan pergi jua ia ke penginapan tempat diadakannnya LK 2 HMI.
Saya memutuskan untuk balik ke Unaha setelah lama dan suasana tanpa bahan ketawa bersama Adon. Menaiki motor dengan jarak 5 km saya menembus dingin di konawe mencari bahan diskusi yang bisa membuat lupa dengan dingin. Ada sedikit harapan karena Handphone Andi Pangerang sudah aktif dan katanya baru saja tiba di rumah. Dimanakah posisi ini’ jawab AP, saya juga tidak tau dimana maka’ ini” jawabku. Oh kalau begitu, ada warkop didepan PLN, bagaimana kalau kita nongkrong disana”ajak Ap malam itu. Hampir bersamaan SMS masuk dari Banrego”na ajakko AP minum sarabba” katanya via sms.
Ok kalau bgitu kita nongkrong di warung kopi. Tiba disana, tak terlalu banyak yang mengisi kursi dua orang perempuan dan 4 pria dengan 3 meja. Perempuan yang tepat di sebelah kursi saya berambut panjang yahh lumayannlah membuat lupa akan dingin malam ini. AP pun datang dengan suara motor dan sandal khasnya.Segera menghampiri meja pria yang ternyata ia kenal sebagai dosen di Unilaki. Pria itu bernama Eta , malam itu mengenakan sweater biru dengan laptop axioo miliknya. AP mengajak saya berkenalan dengan teman satu bangku Eta, orangnya kecil berjaket levis ala model awal milenium. Menurut Ap ia lulusan Teknologi Industri dan satu almamater denganku. Dengan senang dan harapan mendapat teman baru., sayapun segra menyodorkan tangan pria itupun sama, tapi hanya sebentar dan tangan kami pun saing berjabat tak rapat tanda perkenalan akan segra berlalu. Saya lupa nama orang itu, menurut orang tua, kalau ada orang cpat di lupa namanya berarti sekke ki itu. Pria itupun segera bercerita panjang lebar dengan AP tentang administrasi negara. Saya mendengarnya seperti pejabat-pejabat di televisi saja. Pria yang retoris di era ini. Karena gele-gele istilah anak muda umum di selatan, saya memutuskan untuk kemeja sudut sebelah dan sibuk berpikir lain. Daripada mendengar pria itu ngomong ngawur istilah keren dalam televisi. Dan meja bertambah menjadi empat peserta kongres warung kopi.
AP pun terpaksa meningglkan meja sebelumnya dan beralih ke meja saya. Pembicaraan berdua di mulai dengan kopi susu dan teh, tak lupa classmild dan marlboro cigarettes. Pernah tidak?, ada sistem pembayaran angsur bagi siswa SSB AMALi “ awalku dalam pembicaraan malam itu. Dengan kepala agak sedikit dimiringkan AP menjawab : Kemarin lalu sempat juga ada penyampaian scara personal pada siswa, bahwa jika tak mampu di tunai perbulan, kalian menabung aja perhari atau perminggu. Bagaimana kira-kira menurut kita (kata ganti dalam bahasa bugis yang brarti sama dengan Anda) kalau kelak SSB tak tergantung lagi sama iuran bulanan siswa” tanya saya. AP: Kembali terdiam dan kali ini badannya sedikit ditegakkan sambil mengambil sebatang rokok marlboronya. Belum sempat dijawab saya pun menambahkan: saya sedikit berpikir kalau habis kegiatan fstifal nanti, gimana kalau kita merancang sekolah dalam diskusi bersama orang tua untuk lebih melibatkan mereka berperan serta sebagai masyarakat, rancangan itu kelak akan menggalang pihak sponsor serta data pembinaan yang lengkap tentang sekolah ini. Yahhhhhh (sambil merokok) bisa juga “ AP menarik nafas. Bagaimana caranya “ kata AP lagi. Kita lebih mengarah ke wilayah hubungan masyarakat, bagaimana menyodorkan data-data kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat setempat. Semua pengurus harus menulis aktifitas sehari-hari sebagai penguatan individu masing-masing. Mengapa kita harus menulis” karena kita menitik beratkan pada proses yang akan menghasilkan output berupa pemain bola sesuai dengan visi lembaga. Siswa-siswa diarahkan lewat orang tua bagaimana menyiapkan dan menyimpan dana iuran operational sekolah dalam sehari atau perminggu. Hitungan sederhanannya Rp 25000/per Minggu. Yahhh sbenarnya kita sudah cukup maksimal dalam bergerak dan sangat terbatas pada ide” tapi menarik juga dan jika kita bisa jalankan, semoga menuai hasil” jawab AP.
Lewat jam 10 malam dingin Banrego sudah tiba dirumah : via sms. Kencang sekali kayaknya gerakan separatis malam ini “ candanya lewat sms malam itu. Diskusi semakin panjang dan kamipun merasakan perut berbunyi, tanda lapar tak bisa dikompromikan lagi. Kita kesana dulu makan nasi goreng “ ajak Andi Pangerang, ok sembarang ji jawab saya. Lepas habis nasi goreng mas pinggir jalan, segera balik ke markas dan AP belok ke lorong menuju rumahnya di pukul 12 lewat malam itu. Besok masih misteri yang penting bayangan dan rencana sudah ada di otak, moga-moga tak ada yang datang menggoda lagi. Amin

2 hari lepas iklan radio


Siang di tanggal 17 di bulan mei, kami sibuk menyiapkan bahan untuk Festifal Grassroot footbal di konawe.  sebagai panitia mencetak beberapa piagam sebagai penghargaan untuk partisipasi anak-anak yang  turut meramaikan dan memperkenalkan sepakbola kesemua. Sore harinya mencetak umbul-umbul sponsor, cetakannya pakai patokan huruf yang di print di atas kertas, kemudian kertas dilubangi sesuai dengan huruf. Kami memakai spoon/gabus bekas untuk mencat atau mencetaknya.
Ada yang sibuk menyiapkan tambahan gawang yang kurang , untuk festifal nanti. Anak-anak muda sekitar sebagian terlibat membantu, menggunting dan stempel piagam. Mungkin mereka hanya melihat kami sebagai teman, atau memang ingin berbuat lebih terhadap sepakbola. Hari ini cukup 2 hari setelah iklan dan brosur disebar di radio dan media lain. Ada yang bertanya dari jauh, tentang bagaimana dan dimana diadakannya festifal ini.
Kemarin bahkan seorang ibu menelephon untuk putranya, daerahnya sekitar 80 Km dari tempat kami mengadakan festifal. Begitu semangatnya mereka mendukung. Betapa sepakbola telah mencapai sampai kepelosok. Di Daerah Sulawesi tenggara sekarang memang masih jarang terbuka ruang apresiasi bagi anak-anak untuk sepakbola. Padahal minat akan cabang olahraga yang satu ini besar.
Konsep festifal di dalam olahraga tak terkecuali di bidang lain memang kadang diartikan sama dengan kejuaraan atau turnamen bahkan lomba. Pak Martinus Sapan, adalah seorang pelatih sepakbola menjelaskan konsep festifal dan turnamen. Menurutnya festifal dan turnamen berbeda. Festifal lebih mengutamkan kegembiraan dalam menikmati sepakbola,budaya fairplay, saling menghargai lebih diutamakan tumbuh secara dini pada anak-anak. Sedang turnamen memang berujung pada menang dan kalah.  Makaanya menurutnya sebelum melangkah ke tahap selanjutnya anak-anak harus melalui tahap pengenalan terlebih dahulu, tentang inti dan hubungan olahraga dengan sekitar, serta bagaimana olahraga itu dapat mencipta suasana dan sikap fairplay.
Malam harinya kami sempatkan diri diskusi santai di tempat minum sarabba. Nama warungnya Sarabba Daeng, mengkin salah satu dari sedikit di kabupaten ini.  Sarabba adalah minuman khas sulawesi selatan, mirip dengan wedang jahe di daerah jawa. Kadang dicampur dengan telur. Waktu diskusi tepat penayangan Opera Van Javanya Sule. Sule cukup menghibur dengan lagu padang pasirnya. Pembicaraan seputar festifal. Apa yang membedakan dengan festifal di tempat lain. Festifal akan sangat monoton jika hanya diisi dengan couching klinik dan Main bola. Formatnya harus lebih interaktif, warga harus mengenal bagaimana sepakbola mengajarkan tentang interaksi.
Sebagai penggagas kegiatan, pengurus dan simpatisan Sekolah Sepakbola Amali  belajar tentang desain kegiatan. Dalam kegiatan  festifal inilah fakta tentang wacana pembinaan sepakbola harus digulirkan. Semua pihak mesti terlibat. Jika pemerintah sibuk dengan masalah pemilukadanya,  siapa yang sibuk dengan pembinaan di grassroot.

Gawang dan Rompi


20 Mei

Andi Pangerang yang mengurus perlengkapan dan Banrego selaku pimpinan panitia festifal, jam 10 pagi pergi mengambl gawang di bengkel Rezki. Biaya pembuatan gawang yang panjangx 5 meter segera dirampungkan dan akan langsung di cat warna putih di lapangan Nirannuang Tumpas kabupaten Konawe.
Jumlah gawang mini yang dimiliki pengurus sekarang ada 8 buah gawang termasuk yang ukuran kecil.  Persediaan bola dari ukuran 4 dan 5 berjumlah 100 buah. Sementara batas lapangan untuk beberapa lapangan mini festifal masih dalam tahap pembuatan. Bahan pembatas lapangan dari balok di bungkus dengan kain yang telah di sablon.
And Fadli dan Pak Ketua Yayasan hari ini juga berangkat ke kendari. Fadli dan suardi rencananya akan menyablon spanduk dan baju sedang ketua Yayasan berangkat ke Makassar mencari perlengkapan tambahan festifal bola seperti Rompi yang masih kurang untuk jumah peserta 100.
Semalam ada kabar dari Sekolah Sepakbola lain dari Kolaka, mereka rencanannya akan mengutus 10 anak-anak untuk turut serta. Sekedar informasi Kolaka adalah kabupaten lain yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan ke Kabupaten Konawe.
Sore hari ini, simulasi dan penentuan personil coach edukator segera ditentukan.

Diskusi Di Winara


Jelang 8 hari festifal grassroot footbal, panitia dan pihak sponsor mengadakan rapat persiapan. Angka jam digital di handphone menunjuk pada pukul 20.25 wita, yang hadir masih 10 orng. Pak Samson haleng selalu datang tepat waktu, sementara Pak Andi Fata sibuk menghubungi yang belum tiba. Kami dan Andi Fata  menunggu Pak Samson, ternyata beliau sudah menunggu lebih awal. Akhirnya tak sadar kami saling menunggu dan bertemu.
Diskusi mulai dibuka dengan salam pembuka dari ketua yayasan sepakbola Amali.  Ada pertanyaan kepada pak sekertaris, sejauh mana persiapan menuju festifal grasroot. Sosialisasi sudah berjalan beberapa hari,publikasi sudah beredar di radio, lewat brosur, spanduk dsb.
Ada  pelaporan peserta yang telah registrasi langsung 8 orang,dan beberapa pihak yang melalui via telepon. Masalahnya bahwa festifal bola belum terlalu dikenal oleh masyarakat, hanya turnamen yang selalu terdengar. Perlengkapan gawang sementara dikerja dibengkel Rezky di ambekeiri Unaaha.
Bola yang tersedia ada 100, sementara dibutuhkan bola sekitar 36 bola untuk 8 lapangan. Pembicaraan sedikit terpotong karena kepala sekolah dan pak Hendrik sedikit disambut. Lanjut pembicaraan, Gawang kecil dipakai untuk persiapan game. Menurut kepala sekolah, siswa remaja harus diikutsertakan  dan orang tua dalam kepanitiaan karena kita kekurangan pesrsonil. Persiapan stand di lapangan, dan dokumentasi di lapangan.
Ada usul sebaiknya ada pertemuan penentuan personil yang bekerja di lapangan. Dibutuhkan 16 pengarah atau fasilitator dalam couching klinik. Media akan diundang, Radio dan media cetak. Pisang goreng menunggu untuk dicicipi di warung pinggir jalan provinsi sulawesi barat. Jarum jam digital berjalan pada angka 22., dan tiba-tiba listrik PLN padam. Memang di daerah ini sering terjadi masalah pemadaman tiba-tiba. entah apa penyebab pemadaman itu.
Diskusi ini semakin larut dan sementara wilayah-wilayah teknis di lapangan sedikit teratasi, seperti kesiapan gawang, peserta yang cukup, dan kesiapan couch edukator.

si kulit bundar yang hasilkan rancang bangun



Pagi  sehabis hujan musim pancaroba di tanah konawe, suara dozer pelebaran jalan semakin garang menggilas tanah coklat disini. Kantor masih sepi  pada angka 10 jarum jam digital, saya masih sendiri memandangi layar komputer desktop milik pak sekerataris SSB AMALI. Minuman pagi yang lembut dari teh seduhan serta pasangan yang pas dengan pisang goreng renyah, mirip daging ayam di sarilaut mas-mas di kota-kota. Informasi bakal kedatangan Pak Sabaruddin Labamba  di siang ini tak lama terdengar via telephone dari ketua Yayasan.
Dokumen lembaga dalam format video sudah sementara tahap rendering di komputer masih 56%. Rendering ini berulangkali gagal, bingung juga akhirnya, pikiran terbagi-bagi. Setelah memeriksa lebih detail, ternyata format yang cocok baru ketemu dan akhirnya proses rendering berlangsung lancar.
Hari sudah siang dan kami tentu sudah siap menyambut kedatangan Pak Saba, begitu nama akrab beliau terdengar. Jam digital sudah berkedip pada pukul 02 siang, mobil nissan putih memasuki  halaman sekertariat. Pak Saba datang bersama dua orang temannya, langsung menaiki anak tangga menuju lantai dua sekertariat. Minumannya teh kotak dan kopi pekat.
Langsung saja kami menonton video proses anak2 SSB AMALI sebagai pembuka wacana. Praktis setelah kedatangan pertama beliau meresmikan sekolah ini, kedatangan ini baru yang kedua. Maka beliau ingin melihat bagaimana perkembangan sekolah sepakbola ini hingga sekarang.
Pak saba adalah ketua PemProv PSSI Sulbar, ia meloloskan tim Pra Pon sepakbola Sultra untuk kali pertamanya. Wacana sharing pun di mulai sebagai proses penting suatu lembaga. Menjadi penngurus lembaga itu tentunya setiap orang punya hal yang berbeda menurutnya, hmmm.
Suatu tim sepakbola itu memang harus punya fasilitas dan dukungan pihak lain . Bagaimana hubungan dengan masyarakat harus dibangun meskipun hanya sekedar ditahap mensukseskan managerial suatu tim sepakbola. Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kwantitas turnamen dan penggemar sepakbola yang tinggi. Kita bukan tidak punya potensi atau bakat tapi tarikan masalahnya selalu pada tarik ulur wacana dan rencana berjangka dan kontinu. Kontinuitas diperlukan dalam bergerak, karena kontinuitas memiliki cakupan pada angka 0 ke tak terhingga sebagai batas dari suatu turunan dan integritas.
Jika suatu input dimiliki  dan  output diasumsikan akan dihasilkan, di tengahnya tentu ada proses. Apabila kita menarik masalah dari ketiga variabel input, proses dan output, kita akan menarik masalah pada proses. Jika proses sebagai titik berat sistem linear maka kita berada ditahap design atau rancangan, dalam hal ini masalah pelik suatu sistem pengelolaan sepakbola.
Cerita siang itu berlangsung hingga sore, berbagai pengalaman dan polemik masing-masing sudah di perdengarkan dan diejawantahkan ke dalam aktifitas pembinaan yang berkala dalam  cita tinggi suatu tim sepakbola. Amin

Pagi di Unaha




Ada pemandangan menarik disela rutinitas senam para pegawai negeri sipil di kantor bupati konawe. Hari jumat pagi lapangan sepakbola tiba-tiba dipenuhi dengan anak belasan tahun. Mereka mempertontonkan kebolehan mereka mengolah si kulit bundar.  Sontan saja orang-orang disana memiliki tontonan yang dapat menghibur rasa penat mereka.
Para bocah itu adalah siswa di sekolah sepakbola Amali. Mereka memenuhi undangan Bapak Bupati untuk bermain sambil bercengkrama dengan para pegawai dan orang tua. Kegiatan seperti ini tentunya jarang mereka dapati di salah satu kabupaten di bagian tenggara pulau Sulawesi ini.
Sekolah sepakbola Amali ini adalah suatu wadah (Lembaga) edukasi di bidang sepakbola, yang di naungi oleh yayasan sepakbola Amali. Para pegawai yang telah berstatus orang tua merasa tertarik dan ingin juga agar anak-anak mereka dapat terlibat dalam kegiatan eskul seperti ini.
Salah satu siswa dari sekolah sepakbola ini, terpilih mengikuti pelatihan sepakbola usia dini di Jepang. Hal tersebut merupakan kebanggaan warga, oleh karena itu semua siswa diundang untuk bertemu dengan kepala daerah.


Gambar 3.Muh.Rizky sedang ditonton
Menurut sekertaris umum sekolah sepakbola Amali, ini bukan team sepakbola atau klub tapi ini adalah sekolah. Sekolah berfungsi untuk membina dan menciptakan ruang-ruang kreatif khususnya di bidang olahraga. Dengan ini diharapkan kemajuan visi generasi muda khususnya di dunia sepakbola. Sepakbola bukan hanya tentang kekuatan jasmani tetapi sepakbola juga mengandung unsur kerjasama yang dapat dicapai melalui visi setiap individu yang terlibat di dalamnya.
Visi dicapai dari kecerdasan berpikir, analisis masalah dan peluang. Jadi bekal isi kepala dan insting memainkan si kulit bundar serta di dukung oleh penerapan  taktik dan strategi, ujarnya dalam bincang-bincang dengan warga.

Acara ini ditutup dengan beberapa aksi dari siswa ,Sekian