Berdua di Hari Lepas Hujan membuai
Sudah dua hari musim hujan tiba-tiba saja hadir di negeri raja
lakidende, tidak terkecuali di siang itu. Saya dan banrego saling diam
sambil sibuk memainkan mouse komputer, sesekali hanya bercanda. Waktu
telah berada di pukul 2 siang, 30 menit lagi kami kan berangkat
kelapangan Nirannuang. Di luar wajah awan makin hitam saja karena
dihembus angin yang membawa hujan. Ussss suara angin tiba-tiba membuat
dingin dan mata serasa berat, kami pun tertidur dengan Hp dan buku
cerpen didada, tak lupa sarung yang melilit di badan banrego. Saya
tersadar dan bangun ketika jam menunjuk tanda jam 3:30, kurang lebih
satu jam saya terlelap dan banrego pun masih lengket dengan sarungnya.
Kali ini kami absen di lapangan, perasaan sama dan sederajat jika tak
pergi shalat jumat, uihh tidak enak ces.
Seharian atap rumah
mengeluarkan bunyi hujan yang membuai dan membuat beku. Malampun segera
tiba sehabis hujan berlalu, sebentar lagi Banrego sekeluarga berkunjung
ke kelurahan tetangga mengunjungi rumah Tante yang mengadakan pesta
pernikahan Anaknya. Saya pun memutuskan untuk keluar, tak mau aku
sendirilah dimalam dingin ini. Pergi jua aku Ke Unaha tempat kediaman
Andi Pangerang sekeluarga, tapi waduh si abang tak ada di tempat, hp nya
juga tak bersinyal. Saya balik lagi ke Lalosabila kelurahan tempat
rumah tinggal banrego dan segera menghubungi Adon yang tak kunjung ia
balas pemberitahuan posisinya via sms. Di depan warung pinggir jalan
poros nongkrong sambil mnunggu Adon dengan balasan sms posisinya. Tak
lama berselang dan dingin makin menembus jaket kotak abu yang saya
kenakan, Adon memanggil dari toko Amali, letaknya tepat berhadapan
dengan tempat warung nongkrong saya.
Jam telah di angka 8 malam, 2
jam lagi Banrego tiba dari pesta. Jalan di depan toko Amali becek,
hampir tak ada sudut untuk pejalan kaki menyeberang dengan nyamannya.
Adon lagi di depan komputer dan sebentar lagi toko tutup untuk aktifitas
hari ini. Sukri kan mengantar salah seorang keluarga ke pesta yang sama
dengan yang didatangi Banrego. Tak ada koran atau majalah yang mengisi
bahan bicara malam itu, hanya Fadli yang datang berjaket Timnas italia
dan kan pergi jua ia ke penginapan tempat diadakannnya LK 2 HMI.
Saya memutuskan untuk balik ke Unaha setelah lama dan suasana tanpa
bahan ketawa bersama Adon. Menaiki motor dengan jarak 5 km saya menembus
dingin di konawe mencari bahan diskusi yang bisa membuat lupa dengan
dingin. Ada sedikit harapan karena Handphone Andi Pangerang sudah aktif
dan katanya baru saja tiba di rumah. Dimanakah posisi ini’ jawab AP,
saya juga tidak tau dimana maka’ ini” jawabku. Oh kalau begitu, ada
warkop didepan PLN, bagaimana kalau kita nongkrong disana”ajak Ap malam
itu. Hampir bersamaan SMS masuk dari Banrego”na ajakko AP minum sarabba”
katanya via sms.
Ok kalau bgitu kita nongkrong di warung kopi. Tiba
disana, tak terlalu banyak yang mengisi kursi dua orang perempuan dan 4
pria dengan 3 meja. Perempuan yang tepat di sebelah kursi saya
berambut panjang yahh lumayannlah membuat lupa akan dingin malam ini. AP
pun datang dengan suara motor dan sandal khasnya.Segera menghampiri
meja pria yang ternyata ia kenal sebagai dosen di Unilaki. Pria itu
bernama Eta , malam itu mengenakan sweater biru dengan laptop axioo
miliknya. AP mengajak saya berkenalan dengan teman satu bangku Eta,
orangnya kecil berjaket levis ala model awal milenium. Menurut Ap ia
lulusan Teknologi Industri dan satu almamater denganku. Dengan senang
dan harapan mendapat teman baru., sayapun segra menyodorkan tangan pria
itupun sama, tapi hanya sebentar dan tangan kami pun saing berjabat tak
rapat tanda perkenalan akan segra berlalu. Saya lupa nama orang itu,
menurut orang tua, kalau ada orang cpat di lupa namanya berarti sekke ki
itu. Pria itupun segera bercerita panjang lebar dengan AP tentang
administrasi negara. Saya mendengarnya seperti pejabat-pejabat di
televisi saja. Pria yang retoris di era ini. Karena gele-gele istilah
anak muda umum di selatan, saya memutuskan untuk kemeja sudut sebelah
dan sibuk berpikir lain. Daripada mendengar pria itu ngomong ngawur
istilah keren dalam televisi. Dan meja bertambah menjadi empat peserta
kongres warung kopi.
AP pun terpaksa meningglkan meja sebelumnya dan
beralih ke meja saya. Pembicaraan berdua di mulai dengan kopi susu dan
teh, tak lupa classmild dan marlboro cigarettes. Pernah tidak?, ada
sistem pembayaran angsur bagi siswa SSB AMALi “ awalku dalam pembicaraan
malam itu. Dengan kepala agak sedikit dimiringkan AP menjawab : Kemarin
lalu sempat juga ada penyampaian scara personal pada siswa, bahwa jika
tak mampu di tunai perbulan, kalian menabung aja perhari atau perminggu.
Bagaimana kira-kira menurut kita (kata ganti dalam bahasa bugis yang
brarti sama dengan Anda) kalau kelak SSB tak tergantung lagi sama iuran
bulanan siswa” tanya saya. AP: Kembali terdiam dan kali ini badannya
sedikit ditegakkan sambil mengambil sebatang rokok marlboronya. Belum
sempat dijawab saya pun menambahkan: saya sedikit berpikir kalau habis
kegiatan fstifal nanti, gimana kalau kita merancang sekolah dalam
diskusi bersama orang tua untuk lebih melibatkan mereka berperan serta
sebagai masyarakat, rancangan itu kelak akan menggalang pihak sponsor
serta data pembinaan yang lengkap tentang sekolah ini. Yahhhhhh (sambil
merokok) bisa juga “ AP menarik nafas. Bagaimana caranya “ kata AP lagi.
Kita lebih mengarah ke wilayah hubungan masyarakat, bagaimana
menyodorkan data-data kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat
setempat. Semua pengurus harus menulis aktifitas sehari-hari sebagai
penguatan individu masing-masing. Mengapa kita harus menulis” karena
kita menitik beratkan pada proses yang akan menghasilkan output berupa
pemain bola sesuai dengan visi lembaga. Siswa-siswa diarahkan lewat
orang tua bagaimana menyiapkan dan menyimpan dana iuran operational
sekolah dalam sehari atau perminggu. Hitungan sederhanannya Rp 25000/per
Minggu. Yahhh sbenarnya kita sudah cukup maksimal dalam bergerak dan
sangat terbatas pada ide” tapi menarik juga dan jika kita bisa jalankan,
semoga menuai hasil” jawab AP.
Lewat jam 10 malam dingin Banrego
sudah tiba dirumah : via sms. Kencang sekali kayaknya gerakan separatis
malam ini “ candanya lewat sms malam itu. Diskusi semakin panjang dan
kamipun merasakan perut berbunyi, tanda lapar tak bisa dikompromikan
lagi. Kita kesana dulu makan nasi goreng “ ajak Andi Pangerang, ok
sembarang ji jawab saya. Lepas habis nasi goreng mas pinggir jalan,
segera balik ke markas dan AP belok ke lorong menuju rumahnya di pukul
12 lewat malam itu. Besok masih misteri yang penting bayangan dan
rencana sudah ada di otak, moga-moga tak ada yang datang menggoda lagi.
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar