Dua kata ini jika bergabung
kedengaran rancu, Anak Gawang… Saya tidak sedang membuat kamus istilah, tapi
istilah ini akrab ditelinga para pecinta olahraga sepakbola. Saya pun pernah
menjadi bagian dari istilah ini, rasanya menjenuhkan. Hanya berada di pinggir
lapangan dan menanti bola yang keluar dari lapangan pertandingan, segera memungut dan mengamankan. Sepertinya
hanya sebagai pengawas lapangan sederajat dengan keamanan.
Anak gawang istilah yang
diberikan, biasanya yang mempunyai peran di bagian ini adalah, beberapa
anak-anak berusia dini yang seharusnya berada didalam lapangan bermain dengan
si kulit bundar. Mereka kebanyakan anak-anak yang berbakat dan belum mendapat
sentuhan pembinaan sekolah sepakbola yang standar.
Banyak faktor yang mengakibatkan
anak-anak tersebut hanya sampai berprestasi sampai di jajaran anak gawang saja.
Salah satunya adalah kurangnya wadah yang bisa membina mereka dengan biaya dan
syarat-syarat lain yang kadang membuat mereka beralih dan mengambil sikap
sebaliknya.
Sebagai satu-satunya wadah di
dalam Republik ini yang menaungi segala macam yang berurusan dengan sepakbola.
PSSI harusnya memiliki inisiatif menjelajah bakat-bakat alam yang terbentang
dari sabang sampai merauke.
Sampai saat ini, Indonesia begitu
sangat tertinggal dengan Negara-negara maju sepakbola seperti jepang dan korea,
atau bahkan Negara tetangganya sendiri (Malaysia dan Thailand). Para
bapak-bapak bangsa sepertinya sibuk memimpin dirinya sendiri. Mereka tidak
mempunyai konsep yang tepat tentang sepakbola, merka hanya sering bercita-cita
membawa Indonesia ke even dunia yakni Worlcup.
PSSI tak banyak belajar dari
kegagalan, bahwa kita memerlukan pengaturan yang tepat serta bertahap dalam
menciptakan iklim sepakbola yang nyaman. Ketika iklim ini tercipta kita
dibolehkan bercita-cita memiliki team sepakbola yang menembus ruang-ruang
moment seperti piala dunia.
Entah suatu kesadaran atau kata
lain yang bernilai sama, PSSI mengutus jajaran pembinanya terbang ke berbagai
kota di nusantara. Mereka berencana menjaring bakat-bakat dini dan dibina
selayaknya system professional. Sampailah mereka di bagian tenggara Pulau
Sulawesi, tepatnya di Kota kendari.
Antusiasme besar layaknya
mitos-mitos pemain sepakbola handal dari
jalanan kota di Rio de jeneiro dan Buenos Aires. Bocah-bocah ini berkumpul dan
bermain asyik sebagai pemain sepakbola, bukan sebagai anak gawang yang mereka
sering emban.
Semoga Bukan sekedar
kenyataan-kenyataan formal yang banyak terjadi di Republik ini!!!
Stadion Lakidende Kendari(Proses Seleksi Timnas U-12)
Lolos dan berpose bersama pelatih Timnas (U-12)
(SSB AMALI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar