Bukan Anak Gawang!!!






Dua kata ini jika bergabung kedengaran rancu, Anak Gawang… Saya tidak sedang membuat kamus istilah, tapi istilah ini akrab ditelinga para pecinta olahraga sepakbola. Saya pun pernah menjadi bagian dari istilah ini, rasanya menjenuhkan. Hanya berada di pinggir lapangan dan menanti bola yang keluar dari lapangan pertandingan,  segera memungut dan mengamankan. Sepertinya hanya sebagai pengawas lapangan sederajat dengan keamanan.
Anak gawang istilah yang diberikan, biasanya yang mempunyai peran di bagian ini adalah, beberapa anak-anak berusia dini yang seharusnya berada didalam lapangan bermain dengan si kulit bundar. Mereka kebanyakan anak-anak yang berbakat dan belum mendapat sentuhan pembinaan sekolah sepakbola yang standar.
Banyak faktor yang mengakibatkan anak-anak tersebut hanya sampai berprestasi sampai di jajaran anak gawang saja. Salah satunya adalah kurangnya wadah yang bisa membina mereka dengan biaya dan syarat-syarat lain yang kadang membuat mereka beralih dan mengambil sikap sebaliknya.
Sebagai satu-satunya wadah di dalam Republik ini yang menaungi segala macam yang berurusan dengan sepakbola. PSSI harusnya memiliki inisiatif menjelajah bakat-bakat alam yang terbentang dari sabang sampai merauke.
Sampai saat ini, Indonesia begitu sangat tertinggal dengan Negara-negara maju sepakbola seperti jepang dan korea, atau bahkan Negara tetangganya sendiri (Malaysia dan Thailand). Para bapak-bapak bangsa sepertinya sibuk memimpin dirinya sendiri. Mereka tidak mempunyai konsep yang tepat tentang sepakbola, merka hanya sering bercita-cita membawa Indonesia ke even dunia yakni Worlcup.
PSSI tak banyak belajar dari kegagalan, bahwa kita memerlukan pengaturan yang tepat serta bertahap dalam menciptakan iklim sepakbola yang nyaman. Ketika iklim ini tercipta kita dibolehkan bercita-cita memiliki team sepakbola yang menembus ruang-ruang moment seperti piala dunia.
Entah suatu kesadaran atau kata lain yang bernilai sama, PSSI mengutus jajaran pembinanya terbang ke berbagai kota di nusantara. Mereka berencana menjaring bakat-bakat dini dan dibina selayaknya system professional. Sampailah mereka di bagian tenggara Pulau Sulawesi, tepatnya di Kota kendari.
Antusiasme besar layaknya mitos-mitos  pemain sepakbola handal dari jalanan kota di Rio de jeneiro dan Buenos Aires. Bocah-bocah ini berkumpul dan bermain asyik sebagai pemain sepakbola, bukan sebagai anak gawang yang mereka sering emban.
Semoga Bukan sekedar kenyataan-kenyataan formal yang banyak terjadi di Republik ini!!!


Stadion Lakidende Kendari(Proses Seleksi Timnas U-12)

Lolos dan berpose bersama pelatih Timnas (U-12)
(SSB AMALI)

Tidak ada komentar: